Mengapa Banyak Perusahaan Gagal Meski Sudah Tersertifikasi ISO?

Mengapa Banyak Perusahaan Gagal Meski Sudah Tersertifikasi ISO? Ini Jawabannya

Kegagalan perusahaan tersertifikasi ISO, gimana maksudnya? Bayangkan, Sebuah perusahaan bangga memamerkan sertifikat ISO 9001:2015 yang baru mereka raih. Sertifikat itu dibingkai rapi, digantung di dekat ruang direksi, bahkan dipamerkan di LinkedIn dan media sosial mereka.

Tapi beberapa bulan kemudian…
– Produktivitas menurun.
– Keluhan pelanggan naik.
– Tim internal bingung dengan SOP yang justru membuat proses makin rumit.

“Bukannya harusnya membaik setelah tersertifikasi ISO?”
Ya, seharusnya. Tapi faktanya, banyak perusahaan gagal menuai manfaat dari ISO meski sudah tersertifikasi. Kenapa?

  1. Fokus Hanya pada Sertifikat, Bukan Transformasi

Ini kesalahan klasik: perusahaan hanya mengejar kertasnya, bukan prosesnya.

Menurut jurnal dari International Journal of Operations & Production Management (akses: Emerald Insight), banyak organisasi gagal menerapkan prinsip-prinsip ISO secara menyeluruh. Mereka cuma mengejar formalitas agar lolos audit.

Padahal, ISO bukan soal simbol. Ia tentang budaya kerja, pengendalian risiko, dan perbaikan berkelanjutan.

  1. Tidak Libatkan Karyawan Sejak Awal

Coba tanya ke staf level bawah:

“Apa kamu tahu kenapa kita harus patuhi prosedur ini?”

Banyak dari mereka akan jawab:

“Enggak tahu. Katanya sih biar dapet ISO.”

Nah, ini masalahnya.

Penelitian dari Journal of Cleaner Production (akses: ScienceDirect) menemukan bahwa keberhasilan ISO sangat dipengaruhi oleh partisipasi dan pemahaman seluruh level organisasi, bukan cuma manajemen atas.

  1. Sistem Tidak Terintegrasi = Sumber Kekacauan

Beberapa perusahaan punya ISO 9001, tapi dokumen ISO 14001 dan ISO 45001-nya terpisah sendiri.

Hasilnya?

– Terlalu banyak prosedur
– Proses berulang
– Tim kebingungan

Solusinya adalah integrasi sistem manajemen.

Dengan pendekatan sistem manajemen terpadu (IMS), seperti yang direkomendasikan dalam studi Quality Management Journal, perusahaan bisa menggabungkan semua standar dalam satu sistem yang efisien dan lebih mudah dijalankan.

  1. Tidak Ada Evaluasi Berkelanjutan

Banyak perusahaan berhenti berbenah setelah audit selesai. Tidak ada tinjauan manajemen, audit internal, atau tindak lanjut hasil temuan.

ISO bukan sekadar ‘project’, ia adalah proses hidup.

  1. ISO Itu Tentang Budaya, Bukan Prosedur

Terakhir, ISO akan gagal jika tidak dihidupkan lewat budaya kerja.

Budaya kerja itu seperti fondasi rumah. Jika lemah, sistem sebaik apa pun akan runtuh. Maka dari itu, organisasi perlu membangun:

  • Budaya transparansi
  • Budaya pembelajaran
  • Budaya anti-saling salahkan

Jadi, jangan terjebak dengan pemikiran bahwa punya ISO artinya pasti sukses. Sertifikasi hanyalah awal dari perjalanan panjang menuju perbaikan berkelanjutan.

Dan kalau kamu ingin ISO jadi lebih dari sekadar formalitas, maka mulailah dari budaya, dari orang-orangnya, dan dari niat untuk benar-benar berubah.


Sebagai penyedia solusi lengkap mulai dari General Trading, Contractor, hingga Manpower Supply, PT Qyusi Global Indonesia siap membantu Anda dalam konsultasi, pelatihan, dan manajemen sistem OS&H – ISO Series. Pastikan operasional bisnis Anda berjalan optimal dan patuh regulasi dengan standar ISO!


💼 Open Hours:
Senin – Jum’at: 08.00 – 17.00
Sabtu: 10.00 – 15.00

Hubungi kami untuk konsultasi lebih lanjut:
Instagram: @qyusi.id
📞 : +6221 298 357 53
📧 : ADMQYUSI@gmail.com